Senin, 12 Juni 2023

Membangun Pelatihan yang Efektif: Desain yang Menginspirasi dan Berdampak

Pelatihan adalah komponen penting dalam pengembangan sumber daya manusia suatu organisasi. Desain pelatihan yang efektif dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kinerja individu, serta membantu organisasi mencapai tujuan bisnisnya. Dalam artikel ini akan membahas beberapa contoh desain pelatihan yang dapat menginspirasi dan memberikan dampak positif pada peserta.

Pelatihan Berbasis Proyek:

Pelatihan berbasis proyek adalah metode yang efektif untuk mengembangkan keterampilan praktis. Peserta pelatihan diberikan proyek yang mencerminkan situasi dunia nyata yang relevan dengan pekerjaan mereka. Mereka diberi tugas untuk menyelesaikan proyek tersebut dalam kerangka waktu tertentu, sambil memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari selama pelatihan. Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan peserta untuk mengasah keterampilan praktis, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang berarti.

Pelatihan Berbasis Simulasi:

Pelatihan berbasis simulasi melibatkan penggunaan perangkat lunak atau perangkat keras khusus untuk menciptakan situasi yang mensimulasikan lingkungan kerja nyata. Peserta pelatihan dapat berlatih menghadapi tantangan dan mengambil keputusan di bawah tekanan, tanpa risiko yang terkait dengan situasi sebenarnya. Contohnya adalah simulasi manajemen krisis, di mana peserta harus merespons situasi darurat dan membuat keputusan yang tepat. Pelatihan berbasis simulasi memungkinkan peserta untuk belajar dari kesalahan mereka dan meningkatkan keterampilan mereka tanpa menghadapi konsekuensi negatif.

Pelatihan Kolaboratif:

Pelatihan kolaboratif melibatkan kerja sama antara peserta pelatihan dalam mencapai tujuan bersama. Dalam desain ini, peserta ditempatkan dalam kelompok atau tim dan diberikan tugas atau proyek yang harus diselesaikan bersama-sama. Ini mendorong interaksi, komunikasi, dan kerjasama antar peserta pelatihan. Pelatihan kolaboratif tidak hanya membantu peserta mengembangkan keterampilan interpersonal, tetapi juga memperkuat keterampilan tim dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan antar peserta.

Pelatihan Berbasis Game:

Pelatihan berbasis game menggunakan elemen permainan, seperti tantangan, kompetisi, dan reward, untuk meningkatkan keterlibatan dan motivasi peserta pelatihan. Dalam desain ini, peserta diberikan tugas atau masalah yang harus mereka selesaikan melalui pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan pengambilan keputusan yang efektif. Pelatihan berbasis game dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan interaktif, sambil meningkatkan retensi informasi dan keterampilan yang dipelajari.

Selasa, 25 Oktober 2022

BUDAYA DAN GAYA BELAJAR

Nama:Irva Roihatul Janah

NIM: 126306203122

Kelas:BKI 5C





A. Gaya Belajar

Belajar artinya suatu proses. Kegiatan belajar dilakukan dan terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menimbulkan perubahan (perubahan dalam pengetahuan atau perilaku) dalam diri anak, setiap anak memiliki pemahaman, pemikiran, dan pandangan yang berbeda meskipun dalam satu kondisi, lingkungan dan perlakuan yang sama. Dari masing-masing cara pandang sendiri dalam setiap peristiwa dilihatnya dan dialaminya, cara pandang inilah yang dikenal dengan “Gaya Belajar”. Arti dari belajar ialah bagaimana kita bisa meneriman informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita dalam memproses dan menggunakan informasi. Setiap individu memiliki keunikan dan memiliki pengalaman hidup yang bebeda, dipastikan bahwa individu memiliki gaya belajar yang berbeda dengan yang lain. Tetapi dengan segala bentuk keragaman gaya belajar, dan banyak ahli yang mencoba menggelompokkan gaya belajar untuk memudahkan para guru, dalam menjalankan tugas pendidikan dengan lebih strategis.

Gaya belajar atau learning style ialah karalteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak relative stabil untuk belajar merasa paling berhubungan dan bereaksi pada lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989:4). Gaya belajar akan mempengaruhi cara belajar yang lebih disukai oleh pelajar, gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan.

Para ahli bidang pendidikan telah mengembangkan teori tentang gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan, karena belajar membutuhkan konsentrasi. Jika kita sudah memahami gaya belajar maka kita bisa mengelola pembelajaran pada kondisi apa saja, dimana, kapan dan bagaimana cara pembelajaran yang baik dan efektif.

B. Macam-macam Gaya Belajar

Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik.

1. Gaya Belajar Visual

Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki yang dikutip oleh Sukadi, berdasarkan arti katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar.Orang dengan gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan metode dan media belajar yang dominan mengaktifkan indera penglihatan (mata).Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata sangat memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang untuk memperolah informasi seperti melihat gambar, giagram, peta, poster, grafik, dan sebagainya. Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf. Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar. Pokoknya mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya. Sebaliknya merasa sulit belajar apabila dihadapkan bahan-bahan bentuk suara, atau gerakan.

2. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga). Orang dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar. Oleh karena itu, mereka sangat mengandalkan telinganya untuk mencapai kesuksesan belajar, misalnya dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi. Selain itu, bisa juga mendengarkan melalui nada (nyanyian/lagu).

3. Gaya belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru memahami makna halus apabila indera perasanya telah merasakan benda yang halus. Individu yang bertipe ini, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara atau penglihatan. Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung.

C. Ciri-ciri Gaya Belajar

Pada dasarnya, dalam diri setiap manusia terdapat tiga gaya belajar. Akan tetapi ada di antara gaya belajar yang paling menonjol pada diri seseorang. Disini peneliti membahas tiga ciri gaya belajar, yaitu ciri gaya belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik.

a. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar Visual:

1) Senang kerapian dan ketrampilan.

2) Jika berbicara cenderung lebih cepat.

3) Ia suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang.

4) Sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya.

5) Mementingkan penampilan, baik dalam berpakaian maupun presentasi.

6) Lebih mudah mengingat apa yang di lihat, dari pada yang di dengar.

7) Mengingat sesuatu dengan penggambaran.

8) Ia tidak mudah terganggu dengan keributan saat belajar (bisa membaca dalam keadaan ribut sekali pun).

9) Ia adalah pembaca yang cepat dan tekun.

10) Lebih suka membaca sendiri dari pada dibacakan orang lain.

b. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar Auditorial:

1) Saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri.

2) Mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya.

3) Sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca.

4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan sesuatu.

5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara dengan mudah.

6) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita.

7) Biasanya ia adalah pembicara yang fasih.

8) Lebih suka musik dari pada seni yang lainnya.

9) Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat.

10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang.

c. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar kinestetik:

1) Berbicara dengan perlahan

2) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka

3) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

4) Selalu berorientasi dengan sifik dan banyak bergerak

5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

6) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

7) Banyak menggunakan isyarat tubuh

8) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

9) Memungkinkan tulisannya jelek

10) Ingin melakukan segala sesuatu

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gaya Belajar

Gaya belajar yang digunakan merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam belajar. Perlu disadari bagaimana orang yang satu dengan yang lain menyerap dan menggali informasi, dan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri. Sebagian siswa dapat belajar paling baik dengan pencahayaan terang, sedangkan sebagian siswa lain dengan pencahayaan yang suram. Ada siswa yang belajar paling baik secara berkelompok, sedangkan yang lain memilih belajar dengan adanya figur yang otoriter seperti gutu atau orangtua, yang lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian orang memerlukan musik sebagai iringan belajar, sedangkan yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam keadaan sepi. Ada siswa yang memerlukan lingkungan belajar yang teratur dan rapi, tetapi ada yang lebih suka menggelar segala sesuatunya supaya dapat dilihat.

Menurut Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar seseorang adalah:

1) Lingkungan fisik: suara, cahaya, suhu, tempat duduk, sikap tubuh sangat berpengaruh pada proses belajar seseorang.

2) Kebutuhan emosional: orang juga memiliki berbagai kebutuhan emosional. Dan emosi berperanan penting dalam proses belajar. Dalam banyak hal, emosi adalah kunci bagi sistem memori otak. Muatan emosi dari presentasi dapat berpengaruh besar dalam memudahkan pelajar untuk menyerap informasi dan ide.

3) Kebutuhan sosial: sebagian orang suka belajar sendiri. Yang lain lebih suka bekerja bersama seorang rekan. Yang lain lagi, bekerja dalam kelompok. Sebagian anak-anak menginginkan kehadiran orang dewasa atau senang bekerja dengan orang dewasa saja.

4) Kebutuhan Biologis: waktu makan, tingkat energi dalam sehari, dan kebutuhan movilitas juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar.

Ketika belajar siswa perlu berkonsentrasi dengan baik. Untuk bisa berkonsentrasi dengan baik, perlu adanya lingkungan yang medukung belajar siswa. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa, antara lain:

a. Suara

Tiap siswa mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap suara, ada yang menyukai belajar dengan mendengarkan musik lembut, keras, ataupun menonton televisi. Ada juga yang menyukai belajar dalam suasana sepi dan ada juga yang menyukai belajar dalam suasana ramai dalam kelompok.

b. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang dirasakan dibandingkan pengaruh suara.

c. Temperatur

Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang suka tempat sejuk, ada juga yang lebih menyukai tempat yang hangat ketika belajar.

d. Desain belajar

Desain belajar ada dua macam, yaitu desaian belajar formal dan desai belajar tidak formal. Desain formal contohnya belajar di meja dengan alat-alatnya, sedangkan belajar tidak formal dengan belajar santai, duduk di lantai ataupun sambil tiduran.


Membangun Pelatihan yang Efektif: Desain yang Menginspirasi dan Berdampak

Pelatihan adalah komponen penting dalam pengembangan sumber daya manusia suatu organisasi. Desain pelatihan yang efektif dapat meningkatkan ...